Mengenal Gejala Diseksi Aorta dan Faktor Penyebabnya

Diseksi aorta merupakan suatu kondisi gawat darurat yang dapat berakibat fatal karena bisa menyebabkan kematian mendadak. Kondisi ini terjadi karena robeknya lapisan di dalam aorta sehingga dinding aorta menjadi sangat tipis dan sewaktu-waktu dapat pecah. Jika aorta ini pecah, maka terjadi kehilangan darah yang massif sehingga dapat langsung menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dari diseksi aorta sehingga dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan segera agar mencegah terjadinya komplikasi yang fatal. 

Jadi apakah yang terjadi pada diseksi aorta? 

Diseksi memiliki arti robeknya lapisan pada suatu selongsong. Bayangkan aorta adalah sebuah selongsong selang yang didalamnya mengalir cairan yaitu darah. Darah memiliki sifat seperti air yang jika alirannya semakin kencang, maka tekanannya akan semakin tinggi. Seperti kita waktu menyiram tanaman, jika kita membuka keran air semakin besar maka cairan yang ada dalam selang semakin banyak dan tentunya tekanannya akan semakin tinggi. Kalau lapisan pada selang ini terus-menerus terpapar dengan tekanan yang tinggi ini, maka sewaktu-waktu lapisan dalam selongsong dapat robek sehingga selang dapat pecah.  

Sama halnya pada aorta, jika seseorang memiliki penyakit darah tinggi yang terlalu lama dan tidak terkontrol, maka suatu waktu lapisan dalam aorta ini dapat robek dan menyebabkan aorta pecah, yang nantinya dapat berakhir sebagai kematian mendadak. Jika tidak sampai pecah, yang dapat terjadi adalah terbentuknya 2 saluran dalam satu selongsong aorta yang nantinya menyebabkan aliran darah ke organ-organ vital menjadi terganggu sehingga dapat menyebabkan komplikasi berupa stroke, kelumpuhan, gagal ginjal, sampai gangguan aliran darah ke kaki yang bisa menyebabkan otot-otot kaki mati. 

Lalu apa saja gejala pada diseksi aorta? 

Gejala yang patut diwaspadai adalah nyeri dada. Nyeri dada memang dikenal sebagai sinyal paling berbahaya dari tubuh karena menjadi gejala utama serangan jantung. Namun, jika nyeri dada yang terjadi begitu hebat sampai nyeri yang terjadi tidak tertahankan, maka perlu diwaspadai terjadinya robekan pada aorta tadi. Nyeri dada yang terjadi pada kasus diseksi aorta ini sangat berat, biasanya penderita sampai tidak bisa bicara karena menahan nyeri. Gejala yang sering muncul pada kasus diseksi aorta adalah: 

  • Nyeri dada hebat yang tidak tertahankan. 
  • Nyeri dada disertai keringat dingin, mual, muntah, dan sesak berat. 
  • Sering pingsan. 
  • Tekanan darah kanan berbeda jauh dengan kiri. 
  • Muncul gejala gangguan saraf seperti lumpuh sampai hilang kesadaran. 

Apa yang menjadi penyebab dari diseksi ini? Kemudian faktor resiko apa yang harus diwaspadai? 

Penyebab utama dari diseksi aorta ini adalah tekanan darah yang sangat tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol. Tekanan yang sangat tinggi ini bisa merusak hingga merobek lapisan dalam aorta sehingga dinding yang robek ini akan menjadi gembung dan menipis, hingga sewaktu-waktu dapat pecah. Resiko terjadinya diseksi ini juga semakin tinggi jika disertai dengan beberapa faktor lain seperti: 

  • Usia di atas 60 tahun 
  • Hamil atau tekanan darah tinggi ketika melahirkan 
  • Riwayat diseksi aorta dalam keluarga 
  • Penumpukan plak lemak dalam pembuluh darah arteri (aterosklerosis) 
  • Kelemahan dan pembengkakan di pembuluh arteri (aneurisma aorta) 
  • Kelainan bawaan di jantung dan pembuluh darah, seperti penyempitan aorta, patent ductus arteriosus, bicuspid aortic valve, dan koarktasio aorta 
  • Penyakit genetik, seperti sindrom Turner, sindrom Marfan, sindrom Loeys-Diets, dan sindrom Ehlers-Danlos. Penyakit genetik ini menyebabkan jaringan dalam pembuluh darah menjadi lemah sehingga rentan untuk robek. 
  • Pembengkakan di pembuluh darah, misalnya akibat arteritis 
  • Penyakit menular seksual, seperti sifilis 
  • Cedera di dada, misalnya akibat kecelakaan mobil atau terjatuh 
  • Kebiasaan merokok atau menggunakan kokain 
  • Kebiasaan mengangkat beban secara berlebihan 

Apabila ternyata diseksi ini telah terjadi, apa yang harus dilakukan? 

Apabila ternyata telah terjadi diseksi, maka pembuluh darah tersebut harus segera diganti, karena jika dibiarkan maka pembuluh tersebut dapat pecah dan menyebabkan kematian. Untuk penggantian pembuluh darah ini dapat dilakukan dengan operasi jantung terbuka atau melalui kateterisasi/endovascular. Namun, dokter perlu melakukan pemeriksaan yang detail dan spesifik untuk menentukan tindakan mana yang paling tepat untuk kondisi diseksi yang terjadi.  

Heartology Cardiovascular Hospital hadir sebagai pusat layanan jantung dengan tim dokter sub-spesialis yang berpengalaman serta didukung dengan peralatan medis yang lengkap dan mutakhir untuk penanganan diagnostik, intervensi, bedah jantung dan pembuluh darah, serta aritmia.  Heartology memiliki aortic team yang terintegrasi sehingga dapat melakukan pemeriksaan hingga tatalaksana kelainan aorta secara komprehensif bahkan dengan teknik paling mutakhir yaitu hybrid surgery. 

Filosofi “Advanced. Uncompromised” merupakan komitmen Heartology dalam menyediakan layanan kardiovaskular terbaik untuk semua usia baik dewasa maupun bayi/anak, berbasis teknologi mutakhir dan tim dokter berpengalaman yang memberikan layanan paripurna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *